Tuesday, April 29, 2008

Learn to Bargain

I couldn’t help laughing when Eltje mentioned about how school teach children to bargain to buy vegetables in traditional market.

In this age of convenient-above-everything-and-anything virtually all mothers in big urban cities go to supermarket or hypermarket to do their weekly, bi-weekly, or monthly grocery shopping. Naturally, their children never in their lifetime enter any traditional markets to bargain for things. So, the school takes the initiative to introduce it to them – of course not many schools have this kind of program for their primary students. (OK, it’s the program in SD Santa Ursula in Jakarta.) It’s so much funnier in Bahasa Indonesia than in English, so here it is….

Tadi si Thasia belajar kegiatan tawar menawar. Jadi tuh ceritanya mereka ke pasar traditional dan mesti belanja. Tuh anak-anak kelas 2 dibagi dalam kelompok yang setiap kelompoknya 6-7 orang. Terus mereka dikasih daftar belanjaan + uang Rp. 20.000. Uang Rp. 20.000 mesti cukup untuk beli semua sayuran yang ada di dalam list. Kita ni ibu-ibu team kerja yang jualan dan kita sudah dikasih contekan harga termahal dan termurah sayuran yang kita jual. Gue tadi kebagian jualan wortel, buncis, kentang, tomat, kol, labu siam, sama toge. Lucu-lucu deh. Ada anak yang nunjuk buncis tapi bilangnya mau beli kacang panjang. (Hehe... like one girl in my team who can’t differentiate between green beans and string beans.) Sayuran yang harganya Rp. 2000, eh, malah ditawar Rp. 3000. Ada kelompok yang sudah kehabisan uang - karena enggak bisa nawar - tapi daftar belanjaannya masih banyak yang belum dibeli, nyoba ngerayu penjualnya, "Gratis deh, Tante. Kita sudah enggak punya uang lagi nih". Atau, "Kita nyanyi deh Tante, tapi sayurnya gratis yach." Ada yang berdoa "moga-moga turun uang dari langit." Gue juga mau tuh kalo bisa dapat uang dari langit. Ada yang udah bayar tapi waktu ditanya kembaliannya berapa mereka bingung. Yang lucu lagi ada yang sudah beli pisang, eh, uangnya kurang untuk beli sayuran, pisangnya dibalikin lagi, terus uangnya dibeliin sayuran. Wah, pokoknya seru deh. Setelah mereka selesai belanja, mereka dikasih waktu untuk ngitung belanjaannya, setelah itu mereka harus present hasilnya....uangnya cukup enggak, sayurannya kebeli semua enggak. Seru juga loh! Anak-anak millenium enggak kenal pasar dan pada enggak bisa nawar.


I recalled when I was on grade six my mom made me going to this traditional market to do our grocery shopping. She’d give me the money just enough to cover the things that she needed me to buy. As I got smarter – from bargaining, of course – I could save some from the allocated money and could buy my favorite things, such as books and ice creams. I had to bargain with my mom first to allow me to have this money. *smile*

No comments: