Wednesday, March 12, 2003

Oleh-oleh Dari Peringatan 50 Tahun Hubungan RI-Kanada (1 of 5)


Akibat adanya tragedi bom Bali tahun lalu, maka peringatan 50 tahun hubungan diplomatik RI – Kanada baru dapat diselenggarakan tahun ini, tepatnya tanggal 12-13 Maret 2003 di Ottawa. Perjalanan dari Toronto ke Ottawa di pagi hari Rabu yang dingin dan bersalju berjalan sangat lancar.

Acara peringatan ini dibuka di ruang konferensi terbesar yang ada di gedung Kementrian Luar Negeri dan Perdagangan Internasional (Dept. of Foreign Affairs and International Trade). Saya berkeliling, tapi herannya saya tidak melihat satupun wajah dari kalangan NGO bidang HAM, kecuali NGO yg saya wakili. Menjelang acara pidato pembukaan, saya sempat berbicara dengan beberapa duta besar yang mewakili beberapa negara ASEAN dan melihat beberapa muka yang sangat familiar bagi selebriti dunia sosial, politik dan ekonomi di Indonesia, seperti Eky Syachrudin, Ali Alatas, Azyumardi Azra, Sri Mulyani Indrawati, Chusnul Mar’iyah, dan Andi Mallarangeng. Saya sempat bertanya pada Chusnul apa yang akan dibicarakannya besok. Sambil tertawa dia menjawab bahwa dia masih tak tahu apa yang akan dibawakannya besok (??).

Acara dibuka oleh Dr. Elliot Tepper, pendiri Interfaculty Committee on Asian Studies di Carleton University dan sekarang masih aktif sebagai ketua Asosiasi Studi Kanada dan Asia. Selanjutnya sambutan dari David Kilgour, Secretary of State untuk wilayah Asia Pasifik. Nada sambutan yang positif juga diperlihatkan oleh Eky (sebagai Dubes RI untuk Kanada) dan Rokhmin Dahuri (Menteri Kelautan dan Perikanan RI).

Eky dengan gayanya yang kocak (mungkin lebih pantas jadi talk show host daripada dubes) “mengakui” bagaimana tiba2 dia harus mampu berbahasa Inggris yang eloquent walau sudah lancar dan fasih berbahasa Indonesia, Sunda dan Banten. *smile* Bagaimana tiba-tiba dia harus dapat bersikap sebagai diplomat bukan politisi… Saudara tentu tahu bedanya bukan? Begini katanya: “As a politician I can talk before I think, and I can talk whatever and whenever I want, but as a diplomat I have to think before I talk. And, it is difficult.” Banyak orang tertawa memang, tapi tentunya kita lebih menertawakan diri sendiri yang punya banyak politisi yang cuma tahu ngomong doang.

Isi sambutan Kilgour dan Rokhmin menyentuh beberapa aspek hubungan bilateral RI – Kanada, seperti “peace, justice and equal prosperity.” Bahwa dalam 5 tahun terakhir ekspor RI ke Kanada mencapai $620 juta, sedangkan nilai investasi Kanada di Indonesia tahun lalu mencapai $9 miliar terutama di bidang pertambangan, keuangan, agri-bisnis, dan lingkungan.

Rokhmin yang lulusan Dalhousie University di Halifax (PhD in Coastal Zone Management from the School for Resources and Environmental Studies) menyatakan sukacitanya karena dapat kembali melihat Kanada, tempat anak ke-3 nya lahir, setelah belasan tahun meninggalkannya. Rokhmin selaku wakil RI melakukan perjanjian kerjasama kelautan dengan University of British Columbia di Vancouver sebelum berangkat ke Ottawa. (Note: Saya sempat bertanya pada salah seorang anggota ‘tur’ negara Rokhmin, Sdr. AN, Direktur Institusi Internasional, kenapa kita ‘melepaskan’ Sipadan dan Ligitan? Bukankah itu masuk wilayah kerja kementrian ini juga? Sambil tertawa dia menjawab, itu materi kerja bertahun-tahun yang lalu, sedangkan kementrian ini baru berjalan 3 tahun.) Ah, tentu saja saya tak dapat berkomentar lebih jauh… ini bukan waktu yang pantas untuk itu. Rokhmin akan melakukan hal yang sama dengan Chili sebelum kembali ke Indonesia. Nada positif dan optimis di hari pertama ini tetap membuat saya skeptis: akankah apa yang dibicarakan dalam wacana semacam ini terealisasi secara positif juga dan dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat di Indonesia?



SIRIH PINANG

Sirih junjung sirih pinang
Sirih kami susun bertingkat
Adat dijunjung pusaka dikenang
Bangsa berbudi hidup mufakat

Sirih junjung sirih pinang
Sirih kuning diberi nama
Adat dijunjung pusaka dikenang
Hidup berbudi mufakat bersama

Sirih kuning sirih dara
Sirih tanya beserta cincin
Hidup beradat aman sejahtera
Budaya lama tetap terjamin

Sirih kuning diberi nama
Sirih tanya beserta cincin
Hidup berunding mufakat bersama
Bangsa mulia budaya dijamin

Orang Jawa turun ke dusun
Singgah sejenak di pinggir kota
Kami bawa sirih tersusun
Sudilah sepiak pembuka kata


Yang diterjemahkan secara bebas sebagai berikut: There is a need to respect each other’s traditions and values, in order to maintain good relations with one another. A variance of cultures enhances our lives and good deeds will always be remembered. Discussions will bring peace and prosperity, for the common good of the nations. We bring betel leaves (sirih), all arranged, so let the discussion begin.

Seperti kita ketahui daun sirih secara tradisi dipergunakan sebelum dan saat berlangsungnya pembicaraan antar keluarga, teman dan diplomat dalam budaya Indonesia dan Melayu. Jadi, mari berbicara…

Lanjut ke: Oleh-oleh Dari Peringatan 50 Tahun Hubungan RI-Kanada (2 of 5)

No comments: