Tuesday, June 22, 1999

Kok Mega Bisa Menang?

Ulasan ini pernah dimuat di milis alumni Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi "GEA" ITB ~ kok Mega* bisa menang ya?

Istanto: Mega punya banyak pendukung fanatik irasional maupun yang rasional.

Kang Geber & Mas Busono: Mega tahu kapan harus bertindak atau tidak, tahu kapan ngomong atau tidak.

Pak Ondos: Ibu Megawati itu memiliki kemampuan politik sama seperti yang dimiliki oleh seluruh anak negeri ini tetapi hampir-hampir tidak dimiliki oleh para elit politik-elit politik negeri ini yaitu kemampuan mendengar dan menerima jeritan suara orang di lapisan bawah. Bukankah itu kemampuan yang luar biasa yang sudah sangat langka di negeri ini.

Cak Ar: Mega kenapa tak mau bicara? Strategikah? Menghindar dari polemikkah, ewuh pekewuh kah? Apakah calon presiden maunya main aman? Tak boleh salahkah seorang anak manusia yang menjadi capres itu? (istilah Tito mungkin main cantik, istilah Busono berfikir cerdas, dan bagaimana kalo aku istilahkan dengan pemunduran pendidikan politik?). Namun Boeng, jikalau lah kehebatan mBak Mega yang bisa mendengar dan hanya bisa berbicara pada konstituennya yang "captive market" dan menurut Boeng adalah poin utama yang tiada taranya, sebagai modal kehebatan mBak ini. Tidakkah Boeng melihat adanya nuansa feodalism juga melekat di seluruh nama calon presiden kita ini.

Tito: Kemenangan ibu kita itukan fakta riel politik kita masalah aspirasi & representasi. Tidak semua masyarakat Indonesia ini seperti kalian-kalian ini, kritis, modern, berpendidikan sehingga banyak hal yang dipersoalkan, tetapi dilain pihak ternyata kita tidak bisa juga menerima kenyataan.

Jadi, yang tersebut di atas adalah rangkuman notulen rapat hari ini, 22/6/99. Kalau boleh disingkat, semuanya bersumber dari SUARA HATI RAKYAT.

Bagi kita yang berpendidikan dan selalu bicara pakai fakta dan nalar, pasti akan mengatakan PDI Perjuangan bisa menang tapi apa hebatnya Mega untuk jadi presiden? Selalu 'bisu', nggak mau berdebat, kurang 'keras' untuk masuk aliran reformasi, dll. Sebagai orang yang terbiasa bernalar, kita butuh justifikasi kalau dia memang hebat dengan tolok ukur kita yang juga hebat --> berdebat, bikin statement politik, dll.

However, please read the people dynamism, read it with your heart and full conscience. Memang yang nampak oleh kita "the self-claimed educated people" adalah para manusia-manusia irasional yang milih Mega. Kita katakan irasional, dengan alasan yang dikemukan Cak Ar dan Istanto di atas. Memang nampak irasional orang mau gotong-royong buat posko dicat merah, dengan gambar kepala banteng, Mega atau Bung Karno (kebanyakan dengan uang sendiri). Memang nampak irasional tukang sayur prei sehari supaya bisa ikut pawai PDI Perjuangan di hari terakhir, mungkin sama irasionalnya dengan kebanyakan karyawan berdasi dan berhak tinggi yang menonton dan ikut bersorak di pinggir jalan sepanjang Thamrin-Sudirman. Dan semua hal-hal kecil lain yang terjadi bahkan jauh sebelum kampanye dan pemilu berlangsung. Belum lagi yang gotong-royong bangun bilik untuk nyoblos waktu pemilu. Akumembacanya sebagai "A BRAVE CALL FOR A CHANGE". Ini bukan pemunduran pendidikan politik Cak Ar, orang kita belajar dari mereka kok.

Kang Geber sudah dengan sangat bagus memasukkan perspektif PR, dan Pak Ondos unsur humanisnya --> mass psychology to be exact. I think she's clever, she knows exactly how to respond to the people. Her silence is a symbol to the people of their own pain. Indonesians are quiet when they suffer. The people are far ahead of traditional thinking than those political elitists. Ya 'kan, jika kita mengatakan para grassroots and uneducated mass yang kebanyakan support Mega, maka kita juga mengakui bahwa si 'orang bodoh' jauh lebih pintar dari para elit politik --> pikiran mereka maju, they choose her over other men! Ini yang namanya udah jauh dari pemikiran tradisional juga feodalisme. They are the mass who are saying by their vote "that a woman can lead"!! Seperti bunyi iklan Sprite, 'kutahu yang kumau',... mereka tahu siapa yang mereka pilih, they're not the so-called swing voters. PEOPLE WANT A NEW LEADER WHO REALLY CARES, cares to pave the path in this turbulent times through real political education into democratic system.

"Your every voter, as surely as your chief magistrate, exercises a public trust." (Grover Cleveland)

Note: Mega* was Indonesia's fifth President and the first female president in Indonesia.

No comments: